Ilmu hikmah
Wayan Supadno
Banyak buku bijak mengajarkan hal proses kesuksesan berbisnis. Banyak mengatakan bahwa sukses terwujud jika tetap konsisten bergerak. Agar seimbang antara kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan rasional.
Kecerdasan spiritual, hidup ini amanah agar bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan, itu sama artinya bagian dari taqwa kepada Nya. Tegas menyikapi antara halal dan haram. Sadar, Tuhan tiada mengubah nasib umat, jika umat tersebut tidak mengubah nasibnya sendiri.
Kecerdasan emosional, hidup ini harus dihidup - hidupkan agar hidup yang sebenarnya. Bukan sekedar hidup. Menyalakan lampu bayu dalam diri. Antusias karena punya harapan hidup yang bermanfaat lebih luas lagi. Greget ngulir pambudi, memberdayakan diri.
Kecerdasan rasional, hidup mutlak harus punya ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi. Dipraktikkan berulang kali agar terampil refleks jadi bekal menjalani kehidupan. Salah itu biasa, terus diulangi dengan penyempurnaan lagi.
Berikut ini ada ilustrasi yang menggambarkan dengan jelas perbedaan antara pemilik kecerdasan spiritual, emosional dan rasional/ilmu pengetahuan.
Sebuah keluarga punya 2 anak, kedua orang tuanya korban covid 19. Tinggal anak - anaknya sama lelakinya. Masih sama SMP kelas 2 dan 3. Keluarga tidak mampu tersebut dipungut oleh Kades setempat yang terpencil di lereng gunung. Air relatif jauh dari kantor Kadesnya.
Sambil sekolah diajari mandiri. Anak pertama wajib mengisi air bak kamar mandi ruang kantor Kades. Anak kedua mengisi bak kamar mandi umum. Sama memikul dari sumbernya, tiap pagi atau sore sepulang sekolah. Banyak waktu sisa untuk bermain setelah mengisi air bak. Sama punya kesempatannya.
Apa yang terjadi ?
1. Anak pertama usai mengisi bak penuh, hari - harinya dibiarkan tidak bermakna. Karena merasa kewajibannya sudah usai tinggal mendapat hak upah biaya hidup, seolah itu saja. Tanpa sadar tahu - tahu tanggal 1 lagi, tahu - tahu tahun baru lagi dan seterusnya hingga lulus SLTA.
2. Anak kedua, beda memperlakukan dirinya. Kecerdasan emosionalnya dikembangkan, semangat terus berubah. Kecerdasan rasionalnya daya nalar analisis diberdayakan. Rajin disiplin sembahyang sama dengan kakak dan teman sekitarnya.
Konkretnya, anak kedua seusai mengisi bak penuh kewajiban kelar. Mencari ide gagasan agar pekerjaan rutin ke depan makin mudah. Dibuat jaringan air dari sumber dialirkan ke bak kamar mandi umum dan bak kamar mandi ruang Kadesnya.
Begitu jaringan air selesai walaupun prosesnya lama karena beragam keterbatasan. Dia memberdayakan kakaknya untuk mengawasi pekerjaan rutinnya. Banyak waktu sisa lagi dan air berlimpah diberdayakan buat bertani di sekitar kantor desa tersebut.
Sukses, mengisi air dengan jaringan dan berkebun sayuran. Terus ekspansi membuat kolam ikan karena sadar airnya banyak adalah kelebihannya. Terus ekspansi karena dipromosikan oleh masyarakat luas karena produknya memuaskan.
Pada usia 30 tahun. Beda jauh anak pertama dan anak kedua. Pola pikir, tutur kata dan menyikapi masalah diri dan masyarakatnya. Aset produktif yang dimilikinya, beda jauh. Anak kedua seolah tidak kerja, karena beragam usahanya dikelola oleh manajemennya.
Dia _leadership_ saja. Hidupnya bermanfaat bagi orang lain dan memberdayakan masyarakat serta lingkungannya. Namanya harum dikisahkan oleh banyak orang. Sangat sadar bahwa Tuhan telah memberi lebih, sehingga sangat disyukurinya.
Hakekatnya. Di balik kesulitan selalu tersembunyi inovasi dan di balik ancaman selalu tersembunyi peluang. Keduanya jadi solusi, hanya mau atau tidak mengawali.
Salam 🇮🇩
Wayan Supadno
Pak Tani
HP 081586580630
Link artikel :
https://wayansupadno.com/2023/05/18/menjabarkan-kecerdasan-berimbang/