STUNTING DAN SOLUSINYA

ADMIN MEDCOM DPP GAAS
0

 





_Ilmu hikmah_


Wayan Supadno.



" Ilustrasinya, sungguh tidak bisa kita bayangkan jika dari 300 juta penduduk Indonesia. Sekitar 10 tahun lagi ada 75 juta orang kerdil, kurang cerdas dan sakit - sakitan. Karena 24,6% stunting dari total penduduk Indonesia, pada tahun 2020. "


Implikasinya, mereka tidak bisa produktif normal lazimnya orang yang tidak jadi korban stunting. Apalagi bersaing dengan orang sehat, cerdas dan penuh gairah. Konsekuensi logisnya, kolektif dalam berbangsa maka lambat majunya. Mereka jadi beban orang lain atau beban negara.


Stunting, kondisi malnutrisi. Bahasa populernya busung lapar. Sebab utamanya kurang asupan protein hewani. Di Indonesia 23% disebabkan pada fase janin dalam kandungan dan 37% kurang protein hewani pada fase balita. Akibat gagal edukasi dan pangan mahal.


Di Indonesia hampir terbanyak prevalensinya se-Asean hingga urutan ke 2, setelah Timor Leste. Di dunia hampir terbanyak yaitu urutan ke 5. Tahun 2013 sebanyak 37,4%. Saat ini 21,4%. Batasan WHO maksimal 20%. Target Indonesia 14% pada tahun 2024.


Manifestasi korban stunting. Akan jadi beban negara karena tidak bisa jadi kontributor subjek pembangunan. Karena kerdil anatominya, sakit - sakitan. Retardasi mental sehingga kecerdasannya rendah. Ibaratnya, ditanya hal kambing, jawabnya sapi.


Gerakan perang melawan stunting, hal penting. Misal dengan kampanye saat mau akad nikah atau pendampingan ibu hamil hingga anaknya usia 5 tahun (balita). Edukasi menyadarkan. Termasuk kecukupan protein hewani harga terjangkau.


Biokonversi, mengubah dengan cara alami hayati, dari limbah yang selama ini jadi beban justru jadi sumber income karena penambah laba dan manfaatnya. Konkretnya limbah jadi Maggot BSF yang kadar proteinnya 35%. Sangat baik jadi pakan unggas dan ikan.


Empiris.

Tahun 1980-an, masa kecil saya hidup di keluarga sangat sederhana di Banyuwangi Selatan. Hari - harinya sepulang sekolah SD selalu menggembalakan kerbau dan sapi. Cukup protein hewani karena belalang jati dan keong disate di tengah hutan sambil mengawasi ternak.


Pagi harinya, tiap Senin dan Kamis saat sekolah diwajibkan makan telur rebus dan susu segar. Banyak yang tidak bisa mengkonsumsi susu segar hingga muntah - muntah karena dipaksa oleh Suster di SD Katolik. Jatah tidak terminum, biasanya saya habiskan hingga 5 gelas.


Begitu juga di rumah, ayam kampung banyak. Maniak telur mentah. Termasuk mencuri telur sajen saat ada hajatan. Ini sangat saya kenang. Begitu juga tukang ngerokin memakai sendok dan pisau dapur susu kadaluarsa bantuan WHO di Balai Desa. 


Mengeras sebesar bola. Tiap pagi hingga SMA 1 Singaraja Bali, kelas 3. Sekalipun saya berasal dari Banyuwangi. Kos di Singaraja Bali. Tiada malu membawa beberapa bulatan susu kadaluarsa dari WHO tersebut. Jadi santapan tiap pagi sebelum sekolah. 


Sekalipun saat itu saya belum tahu arti stunting. Korban stunting, sesungguhnya  karena orang tuanya. Orang tua kurang punya ilmu diterapkan dan daya beli protein hewani yang rendah. Manajernya anak balita adalah Orang Tuanya. Orang tua yang salah jika ada anak korban stunting.



Salam 🇮🇩

Wayan Supadno

Pak Tani

HP 081586580630


Sumber : https://wayansupadno.com/2023/05/25/stunting-dan-solusinya-2/

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)
GAMIES NEWS